Cang panah Harian Aceh 20 Februari 2008

Haba Miftah H. Yusufpati

Suatu ketika saya harus dipaksa mendengarkan debat kusir antara Bang Zul dan Bang Nas. Masalahnya sepele: soal mimpi!
Awalnya, dengan santai Bang Zul bilang; “Nanti kalau Aceh sudah maju, minyak, telepon, listrik, dan air bersih bakal gratis.”
Maka Bang Nas mendadak berguman serius. “Jangan bermimpi..!”
Rupanya Bang Zul agak tersinggung. Akhirnya, bukan pokok soal mahalnya harga minyak, sentrum, telepon dan air bersih yang diberdebatkan, melainkan soal mimpi.
Bang Zul dan Bang Nas berdebat seperti berkelahi. Masing-masing lidah mereka berkelit seperti makan permen nano-nano. Manis, asem, pahit, … Warung kopi tempat kami nongkrong jadi bising. Suara mereka meledak-ledak sehingga seluruh pasang mata dengan bibir melongo jadirin mengarah kepada keduanya.
“Siapa larang bermimpi? Banyak orang menjadi sukses karena membangun impiannya..!” kata Bang Zul.
Bang Nas, agak terpojok juga. Dengan suara mendengung, dia bilang; “Kalau saya jadi presiden, saya melarang mimpi!”
Debat kusir tambah seru. Akhirnya dua-duanya membangun impiannya masing-masing. Bang Zul bermimpi barang-barang vital gratis, Bang Nas mimpi jadi presiden.
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra-indra lain dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat.
Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.
Itu adalah mimpi yang sesungguhnya. Bagaimana dengan pemimpi yang dimaksud Bang Nas? Tentu ini bukan mimpi dalam tidur. Boleh dibilang sebuah cita-cita. Maka disebut impian. Kalaulah masuk kategori impian, tentu bagus-bagus saja.
Ada yang bilang, membangun impian dapat diibaratkan seseorang yang sedang membangun sebuah rumah. Awalnya kita harus membangun pondasi yang kokoh agar bila terjadi bencana alam seperti banjir, gempa bumi, atau lainnya yang mengakibatkan rumah yang kita bangun retak dan rusak, kita dapat membangunnya kembali.
Begitu pula halnya bila kita sedang berusaha mewujudkan impian yang kita miliki. Jika impian yang kita tanamkan sudah melekat sedemikian kuatnya dalam diri kita, kita akan siap untuk bangkit kembali jika seandainya kita mengalami bencana alam (kegagalan).
Banyak orang berhasil yang mengawali langkah keberhasilan dalam hidupnya dengan bermimpi. Salah satunya adalah Soichiro Honda yang sekarang ini terkenal dengan produk ciptaannya berupa sepeda motor dan mobil bermerek Honda.
Pada waktu Honda masih duduk di bangku sekolah, ia bukanlah seorang siswa yang pandai. Pada saat gurunya sedang menerangkan pelajaran, Honda sering melamun dan berkhayal berbagai macam penemuan yang cemerlang, terutama yang banyak berhubungan dengan permesinan karena ia sangat suka dengan mesin.
Karena kebiasaan bermimpinya di kelas tersebut ia sempat dikeluarkan dari sekolah. Namun hal tersebut tidak menghentikan semangatnya untuk mewujudkan semua impiannya. Hingga saat ini Honda dapat memperlihatkan diri kepada dunia bahwa ia adalah salah satu contoh orang yang sangat berhasil dalam mengubah semua impiannya menjadi kenyataan. Dan sampai saat ini Honda terus-menerus melakukan inovasi-inovasi baru melalui mimpi-mimpi barunya dengan melakukan kampanye the power of dreams.
Kisah Honda ini terdapat memberi pelajaran yang cukup menarik yang dapat kita petik. Setinggi apa pun mimpi kita, jika kita benar-benar yakin bahwa mimpi kita akan berhasil dan kita mau berusaha keras untuk mewujudkannya, maka pastilah suatu saat mimpi kita tersebut akan menjadi kenyataan.
Jules Vernes yang menulis tentang perjalanan fiksi ke bulan jauh sebelum misi ke bulan yang sebenarnya dilakukan, telah memberikan inspirasi bagi para ilmuwan untuk menciptakan pesawat ruang angkasa yang akhirnya berhasil membawa manusia untuk menjejakkan kaki di bulan.
Ibu Kartini yang berinteraksi dengan teman-teman baru (di luar keluarga dan teman-teman bangsa sendiri) telah mendapatkan impian untuk membawa perubahan bagi kaum wanita bangsanya pada waktu itu.
Martin Luther King Jr, yang membaca berbagai artikel mengenai Gandhi telah terinspirasi oleh tindakan Gandhi untuk memperjuangkan nasib kaumnya tanpa kekerasan.
Ray Kroc, pendiri salah satu waralaba restoran cepat saji terbesar di dunia, memiliki banyak impian. Ia pun mencoba peruntungannya di berbagai bidang: sebagai sukarelawan di masa perang, sebagai tenaga penjual alat-alat untuk restoran, sebagai manajer pemasaran di restoran orang lain, sebelum akhirnya ia menemukan impiannya untuk membeli restoran hamburger dari sepasang kakak beradik, dan mengubah serta menjalankan restoran tersebut sebagai restoran cepat saji.
Restoran jenis ini akhirnya berhasil merevolusi gaya makan para pekerja di Amerika, yang kemudian juga menyebar ke Eropa dan belahan bumi lainnya.
Apakah mimpi Bang Nas dan Bang Zul akan berhasil seperti itu? Tidak ada yang tahu, kecuali Tuhan. Tapi, janganlah takut bermimpi. Dan bermimpilah sebelum mimpi itu dilarang. (*)